Home » 2007 (Page 2)

Yearly Archives: 2007

Jangan Malu Memulai!

Jumat, 02 November 2007 08.06 WIB

BLOG

Jangan Malu Memulai!

Oleh Pepih Nugraha

Pada masa awal kelahirannya, blog atau situs pribadi dianggap sebelah mata, bahkan cenderung dilecehkan. Sampai sekarang pun sikap nyinyir terhadap blogger tidak pernah hilang. Disebutlah blogger itu narsis yang buang-buang waktu percuma. Persis lahirnya sebuah revolusi, kehadiran awalnya diragukan.

Sekarang, orang yang melek internet tetapi belum nge-blog, istilah merujuk aktivitas dalam membuat dan mengisi blog, dianggap tertinggal zaman. Blog sudah menjadi gaya hidup, mulai dari anak sekolah dasar, selebriti, sampai menteri. Bahkan, 94 dari 96 surat kabar cetak terbaik di Amerika Serikat memiliki blog. Hanya empat surat kabar saja yang “jadul” alias terseret zaman karena tidak memiliki blog.

Jelaslah, di belahan dunia sana blog sudah masuk salah satu kriteria penting sebagai penentu berkualitas tidaknya sebuah surat kabar. Beberapa surat kabar cetak di Indonesia sudah memiliki kesadaran lebih dini dengan membuat blog sebagai tempat curhat para wartawannya atau tempat mengekspos kegiatan keseharian surat kabar itu, yang tidak mungkin termuat dalam surat kabar.

Di Eropa atau Amerika, surat kabar online pun memiliki blog sendiri-sendiri, plus blog pribadi wartawannya yang bisa diklik di jajaran navigasi global pada tampilan surat kabar online tersebut. Ada “cerita di balik berita” yang lebih bebas terungkap dalam blog, yang kadang justru lebih menarik daripada peristiwa itu sendiri. Ada forum dialog intens yang hangat antara wartawan dan para pembaca. Ada keakraban di sana.

Seluruh wartawan, editor, dan pemilik surat kabar bisa disapa serta ditanya tentang berbagai hal. Wartawan yang menulis berita tidak lagi asal lempar tulisan setelah itu tutup telinga: “terserah tulisanku mau dibaca atau tidak, pokoknya masa bodoh”. Hubungan antara koran yang diwakili wartawan dan para pembacanya menjadi berjarak. Wartawan kerap dicap sebagai “orang pintar” yang duduk di menara gading, yang sulit dan tidak bisa disapa pembaca.

Akan berbeda persoalannya jika sebuah surat kabar memiliki blog sendiri. Suasana lebih akrab bisa terjalin karena dipersatukan minat yang sama. Wartawan yang biasa menulis rubrik khusus, seperti otomotif, teknologi informasi, dan politik, memiliki “basis massa” pembaca yang luar biasa besar.

Sayang, selama ini aliran informasi hanya satu arah sifatnya. Tidak ada dialog interaktif untuk menangkap umpan balik (feedback) pembacanya, yang kemungkinan ada persoalan baru lainnya yang muncul dari hasil dialog interaktif itu untuk bahan tulisan berikutnya. Bukankah dalam dunia media online ada adagium bahwa berita adalah percakapan itu sendiri?

Wartawan memang manusia supersibuk yang tidak punya waktu membalas sapaan pembacanya di blog. Membalas sapaan pembaca di blog berarti buang-buang waktu sehingga waktu untuk menulis tersita. Tentu saja wartawan tidak harus memelototi blog tiap hari. Kalau tidak punya waktu, barangkali cukup seminggu sekali, sebulan dua kali, atau boleh juga sebulan sekali. Sekadar “say hello” saja kepada pembacanya.

Maka, berkumpulnya para blogger dari berbagai penjuru Tanah Air di Blitz Megaplex Jakarta, 27 Oktober lalu, menjadi penting. Selain menunjukkan keberadaan para blogger, ada semangat memperekat komunitas blogger. Meski belum pernah bertemu secara fisik dan hanya bertutur sapa di dunia maya lewat media maya, toh pertemuan itu menjadi “kopi darat” pertama yang terbesar.

Beberapa wartawan peliput acara yang kemudian diklaim sebagai “Hari Blogger Nasional” itu adalah blogger, karena kesadaran mereka untuk berada dalam satu komunitas yang sama, yang sudah terbiasa saling menyapa dalam dunia maya.

Jumlah 130.000 blogger Indonesia belum apa-apa dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang sudah menyundul angka 230 juta jiwa. Namun, melihat antusias orang yang terus membuat blog di seluruh dunia, jumlah itu rasanya terlalu kecil. Tengok WordPress, salah satu situs penyedia blog terdepan saat ini, di mana setiap harinya mencatat 50.000 pembuat blog baru. Anda? Jangan malu untuk memulai! (KOMPAS)

takkan terganti

Gak nyangka dapat lirik lagu sebagus ini setelah nge-goggle mencari artikel. Kahitna memang sepesialis lagu-lagu bernuansa romantis dan melankolis (baca:cengeng), tapi tak dapat dipungkiri pada kenyataannya lirik lagu tersebut mengingatkan ku pada kenangan masa lalu yang sulit sekali terlupakan. Kenangan manis yang hanya bisa teringat tapi tak kan bisa berulang kembali.

———————————–

Telah Lama Sendiri
Dalam Langkah Sepi

Tak Pernah Kuduga
Bahwa Akhirnya
Tiada Dirimu Disisiku

Meski Waktu Datang
Dan Berlalu Sampai Kau Tiada Bertahan
Semua Takkan Mampu Mengubahku
Hanyalah Kau Yang Ada Direlungku

Hanyalah Dirimu
Mampu Membuatku Jatuh Dan Mencinta
Kau Bukan Hanya Sekedar Indah
Kau Takkan Terganti

Tak Pernah Kukira
Bahwa Akhirnya
Tergugat Janjimu Dan Janjiku

tak ada kata terlambat

Tidak ada kata terlambat untuk belajar menulis, mulailah dari sesuatu yang kecil terlebih dahulu. Memang hobby menulis itu sebaiknya ditanamkan sedini mungkin, nah bagaimana bila hobby atau kebiasaaan itu baru dimulai ketika kita beranjak dewasa bahkan menjelang usia akhir duapuluhan seperti saya? Jawabnya mudah sekali, tuh lihat saja title diatas. Hari ini saja aku telah menampilkan 2 tulisan, satu tentang diriku dan ini yang sedang saya tulis. Awalnya memang beraat sekali, tidak ada ide, bahan, serta seribu alasan lain, padahal mudah saja, mulailah dari yang kecil, kita bisa menulis rutinitas harian kita, dari bangun tidur sampai kembali ke peraduan. Saya yakin semua itu bisa dituangkan kedalam tulisan, percaya apa enggakk??? bisa percaya juga bisa tidak, itu tergantung niat dan kemauan, buktinya, ini aku menulis kata demi kata dengan lancarnya hehehe…. Ya sudah karena sudah larut malam sebaiknya aku cukupkan tulisanku sampai disini dulu, besok kita tuliskan lagi lembar demi lembar sisa kehidupan kita di dunia fana ini.

~Guten Nacht, und Tschuess~

the next euro trip

Apa ya kira2 kota selanjutnya yang bakal gue kunjungi? roma udah, barca tamat, negeri londo dah khatam, venice nan cantik awal bulan ini. Weit… jgn salah sangka, gue bukan orang berkantong tebal, gue backpacker… ingat yah.. .

Dan ternyata kota P.A.R.I.S. yg belum gue tilik, walau dari sini cuma 3 jam naik TGV (kereta express), maklum lah.. jarang ada Angebot. Dulu nyokap pernah bilang jgn lupa yo ke paris, kunjungi museum luvre, jadi kamu banyak dapet pengetahuan dari situ, apa lagi bokap lebih heboh lagi ceritanya. Enggak heran deh kalo bokap ngomong gitu, maklum beliau pensiunan pegawai museum.

Kali ini aku tidak akan mereview kota paris secara khusus, kesana aja belum! Tapi sekedar membandingkan keunikan dari tiap kota yang pernah aku kunjungi. Dan dari pengalaman yang lalu, bisa diambil beberapa point diantaranya, tiap kota memiliki ciri-ciri tersendiri yang tidak bisa di bandingkan dengan kota lain, seperti roma, gue terkagum2 dengan kota ini, kita bisa menikmati secangkir capucinno dan selembar pizza dengan harga yang pantas, apa lagi rasanya, beda banget sama disini, ibarat kata kita beli dari pembuat asli. Lain roma, lain pula barcelona, waktu gue kesana musim panas lepas, sebenarnya agak kecewa, mengapa?, sebab untuk wisata kuliner agak sulit ditemui ciri khasnya, akhirnya makan fastfood juga, apa lagi kalo bukan McD dan Kentuky :D. Das ist aber kein grosse Problem, soalnya kita bisa menikmati keindahan arsitektur dari sang maestro, Antonio Gaudi , yang telah mengarsiteki beberapa bangunan yang cukup termasyur dan menjadi simbol kota barcelona, yaitu sagrada familia.

Jadi, wanna come with me for the next journey?

nasi bungkus bekal dari emak..

Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa hari ini 11 agustus 07, 4 tahun sudah diriku berada di perantauan. Ingin rasanya kembali ke masa itu, agar ku bisa mengatur dengan baik semua rencana selama di perantauan, apa lacur nasi sudah menjadi bubur, semua target dan pencapaian tidak berbanding lurus. Kini hal utama yang harus dilakukan adalah, menformat masa depan, atur strategi baru dan yang sudah lewat biarlah berlalu.

“Iyo, kapan kamu pulang?” tanya ibu setiap kali aku menelefonnya. “Insyaallah tahun ini aku pulang, mak,” ujarku. Teringat pesan emak bahwa hidup dirantau itu tidak semudah yang dibayangkan, perlu perjuangan, kadang kening penuh keringat bahkan tak pelak darahpun mengalir keluar dari tubuh. Emak pun berpesan agar aku jangan cepat putus asa dan lemah semangat. Ia pun sangat mengerti tentang tabiatku, wajar saja dia mewanti-wanti. Begitupun halnya bapak, “Iyo pokoknya kalo belum drop out jangan berhenti sekolah, kamu harus tetap semangat!” Petuah bapak selalu ku pengang dan ku jalankan, dan akupun menuai hasilnya. Tinggal selangkah lagi aku akan merampungkan sekolahku, walaupun masih belum jelas kapan selesainya, tapi bisalah kalo ancer-ancer. Awal maret 08, bapak dan emak, insyaallah aku pulang.

Banyak pengalaman yang ku dapat selama di perantauan, yang paling terkesan menurutku adalah, mengubah cara berfikir. Cara berfikir indonesia, negeri dimana aku berasal, yang sampai saat ini aku amati masih terpola untuk mendapatkan atau mencapai sesuatu secara instant. Nah dinegeri ini tempat aku merantau, orang diajak untuk bekerja keras, berusaha baru kemudian menuai hasil, what you did is what you get. Bukan bermaksud untuk melecehkan bangsa sendiri dan bukan pula hal buruk yang telah tersebut diatas merupakan representasi dari semua kalangan, di negeri sendiri what you did is may be what you get, or even you get nothing. Terkadang elit-lah yang memberi contoh sehingga cara pandang tersebut banyak di adopsi orang. Udah ah, capee dehhh…

migrasi

Alhamdulillah, setelah tengok kiri-kanan, sana-sini, blognya para blogger, saya memutuskan untuk migrasi ke wordpress. Sebetulnya saya masih memiliki account blog di blogspot, tapi berhubung ketidaksukaan saya untuk mendaftarkan alamat imel baru ke google.com, jadi saya beralih ke wordpress. Mudah-mudahan jadi tambah ranjin nulisnya, hehehe.